Tinggal bersama dengan banyak orang dalam satu atap itu pastinya ada sisi positif juga negatifnya. Misalnya seperti kalian yang tinggal di kost ataupun asrama.
Kauntungan tinggal dengan banyak orang itu yakni tidak pernah merasa kesepian. Kalian bisa minta tolong pada penghuni lainnya jika mengalami kesulitan. Entah itu pinjam charger atau yang lainnya.
Akan tetapi ada pula kerugian yang harus kamu rasakan. Tinggal dengan banyak orang dalam satu atap itu artinya kalian harus saling menghargai satu sama lain.
Jika tidak bisa saling menghargai, maka akan ada orang yang merasa terganggu. Gangguan itu sendiri bisa berupa suara gaduh, sikap yang arogan hingga perilaku tidak menyenangkan yang lainnya.
Dan bagi Rohman Apriono Purwanto ada gangguan yang dia rasakan saat tinggal di kost. Rohman tinggal di tempat yang dihuni oleh 25 orang.
Mereka semua adalah karyawan sebuah pabrik. Rohman merasa terganggu ketika banyak orang naik tangga, pasalnya kamarnya ada di lantai 2.
Nah, karena merasa terganggu dengan hal tersebut, Rohman pun lantas melakukan hal yang bisa dikatakan cukup cerdik.
Pengalamannya itu ia ceritakan di grup Cocoklogi Scienci pada Minggu (17/12).
“Selamat Siang Yang Mulia Ngademin sekalian dan fellow rakjel,
Adakah di antara kalian yang tinggal bersama banyak teman / rekan kerja dalam satu tempat tinggal sekaligus?
Saat ini saya sedang merantau, bekerja di sebuah pabrik yang mana tempat tinggal saya berada di lantai 2 pabrik tersebut.
Total karyawan 25 orang, terbagi menjadi 4 kamar, jadi masing – masing kamar berisi 6-7 orang.
Saya sendiri dan 2 orang teman mendapat shift siang, shift jam 12 – 24 di pabrik lain yang masih 1 anak perusahaan dengan pabrik yang saya tinggali.
Sementara yang lainnya di pabrik di lantai 1 tersebut, dengan shift jam 8.30 – 22.00.
Dan itu tidak mudah untuk tinggal bersama orang banyak, dengan kepentingannya masing-masing.
Karena saya masuk siang, saya pun bisa bangun lebih siang daripada yang lain.
Dan yang jadi masalah adalah orang – orang kita bermental “rusuh”.
Saat mereka istirahat jam 10, dan mereka naik ke lantai 2 untuk sekedar ngeTeh, pasti mereka naik tangga dengan berlari sambil berbicara, bahkan teriak – teriak, sangat mengganggu, dan itu setiap hari.
Sudah saya coba bicara dengan beberapa dari mereka tapi seakan cuma angin lalu.
OKE, saatnya main keras.
saya memutar otak mencari ide terbaik untuk menghentikan anarkisme ini.
Dan akhirnya saya berterima kasih untuk kemalasan orang-orang kita yang malas membaca, karena saya tau mereka tidak bisa hidup tanpa internet, sementara hanya saya yang bisa mengakses router WiFi karena hanya saya yang pernah baca buku manualnya.
Hari berikutnya saya bikin peringatan tersebut, dan BAM, surprisingly saya bisa terbangun karena alarm, bukan karena gedebuk-gedebuk langkah kaki mereka.
Problem solved tanpa ada yang tersinggung.
Adakah teman kalian sesama panghuni kost/kontrakan yang demikian?”
Dan buat kalian yang mempunyai keluhan serupa dengan Rohman, mungkin cara cerdiknya ini bisa kalian tiru.